Semua orang semakin merasakan dinamika tahun politik dengan
mulainya partai-partai politik menampilkan sosok tokoh yang akan
ditampilkan sebagai calon presiden pada Pemilihan Umum 2014. Terakhir
kita melihat Partai Hati Nurani Rakyat yang mengusung pasangan Wiranto
dan Hary Tanoesudibjo sebagai calon presiden dan wakil presiden.
Munculnya
nama Wiranto dan Hary Tanoe melengkapi nama-nama yang sudah lebih
diusung partai yang lain. Sebelum ini yang sudah gencar menampilkan
capresnya adalah Partai Golkar yang mengusung Aburizal Bakrie, Partai
Gerakan Indonesia Raya yang menjagokan Prabowo Subianto, dan Partai
Amanat Nasional yang menawarkan Hatta Rajasa.
Dua partai besar
Partai Demokrat dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan belum secara
resmi memunculkan capres yang akan mereka usung. Partai Demokrat hari
Minggu ini baru akan mengumumkan kriteria capres yang mereka usung.
Partai
Demokrat memilih jalan untuk menggelar konvensi guna mendapatkan capres
yang diingini. Konvensi Partai Demokrat terbuka untuk calon dari dalam
maupun dari luar partai. Untuk itulah mereka kemudian menyusun kriteria
bagi mereka yang ingin menjadi capres dari partainya Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono.
Beberapa nama dari luar yang sudah
mengindikasikan untuk menggunakan Partai Demokrat sebagai kendaraan
politik adalah Gita Wiryawan, Dahlan Iskan, Mahfud Md, Djoko Santoso,
dan Jumhur Hidayat. Sementara dari dalam partai nama terakhir yang coba
dimunculkan adalah mantan Kepala Staf Angkatan Darat Pramono Edhie
Wibowo.
Akan halnya PDI Perjuangan, selama ini mereka bersikukuh
untuk memajukan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri sebagai capres. Namun
setelah tiga kali berturut-turut kalah dalam pemilihan presiden,
sangatlah tidak cerdas apabila Megawati dipaksakan untuk menelan pil
pahit yang keempatkalinya.
Apalagi sekarang ini Megawati tidak
memiliki pendamping yang bisa "melindungi" dirinya ketika harus
menghadapi tekanan politik. Kepergian Ketua Majelis Pemusyawaratan
Rakyat Taufiq Kiemas membuat Megawati ibaratnya kehilangan satu
sayapnya.
Untuk itu PDI Perjuangan merencanakan untuk mempercepat
rapat koordinasi nasional guna menetapkan siapa yang akan menggantikan
Megawati sebagai capres PDI Perjuangan. PDI Perjuangan mempunyai satu
nama baru yang sekarang sedang menjadi "darling" masyarakat, yaitu
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.
Seperti biasa keputusan PDI
Perjuangan berada di tangan Megawati. Yang kita tunggu, apakah PDI
Perjuangan sungguh-sungguh menginginkan calonnya memenangi pemilihan
presiden ataukah mereka bersikukuh dengan calon yang "itu-itu lagi"?
Semua
parpol tentunya bertujuan untuk meraih kekuasaan. Untuk itulah setiap
parpol harus menemukan sosok yang memang dekat dengan hati para pemilih,
bukan hanya sekadar memaksakan preferensinya sendiri.
Pada
akhirnya pada pemilihan presiden nanti yang menentukan adalah rakyat
pemilih, bukan parpol. Kita tidak mungkin memaksakan nama yang bukan
pilihan dari rakyat. Kita harus mau menyadari bahwa rakyat memiliki
logikanya sendiri.
Itulah yang harus bisa dibaca oleh parpol.
Mereka harus bisa memahami logika masyarakat. Hanya dengan itu, maka
parpol mempunyai potensi untuk bisa memenangi pemilihan presiden kelak.
Partai
Demokrat mencoba untuk melakukan hal itu. Konvensi yang mereka akan
lakukan dimaksudkan untuk mendekatkan calon mereka dengan para pemilih.
Sekarang tinggal, apakah konvensi itu akan dilakukan dengan
sungguh-sungguh untuk mencari calon yang dekat dengan hati rakyat atau
sebenarnya hanya menjadi alat legitimasi atas calon yang sudah mereka
persiapkan.
Satu yang menjadi persoalan besar Partai Demokrat,
mereka tidak lagi mempunyai calon yang sekuat SBY. Semua nama yang
mereka miliki sekarang ini tidak memiliki pamor dan kedekatan dengan
hati rakyat seperti halnya SBY.
Dengan jumlah pemilih baru dan
pemilih muda yang besar, peluang bagi pemimpin baru dan muda untuk
terpilih sebagai presiden jauh lebih kuat. Para pemilih tahu tidak suka
lagi dengan yang namanya "4L", "lu lagi...lu lagi..."
Untuk itu
semua parpol yang akan mengusung capresnya pada pemilu mendatang harus
menemukan sosok baru yang memang menjanjikan. Kita butuh pemimpin baru
yang segar, cerdas, dan memiliki karakter yang kuat untuk bisa membawa
Indonesia mampu menghadapi tantangan zaman yang lebih berat.